Sabtu, 21 Juli 2012

PANCA JIWA PONDOK PESANTREN DARUSSALAM


PANCA JIWA PONDOK PESANTREN DARUSSALAM

Seluruh kehidupan di Pondok Pesantren Darussalam Ciomas Bogor pada nilai-nilai dan jiwa oleh susana-suasana yang dapat di simpulkan dalam Panca Jiwa sebagai berikut:

1. Jiwa keikhlasan
Jiwa ini berarti sepi ing pamrih , yaitu berbuat sesuatu itu bukan karena didorong oleh keinginan memperoleh keuntungan tertentu. Segala pekerjaan dilakukan dengan niat semata-mata ibadah, lillah. Kyai ikhlas dalam mendidik, dan santri  ikhlas di didik  dan mendidik diri sendiri, dan para pembantu kyai ( para ustad ) ikhlas dalam membantu menjalan proses pendidikan .
Jiwa ini menciptakan suasana kehidupan Pesantren yang harmonis antara kyai yang di patuhi dan santri yang taat, cinta, dan penuh hormat. Jiwa ini menjadi para santri yang senan tiasa siap berjuang di jalan ALLAH, di manapun dan kapanpun .
2. Jiwa Kesederhanaan
Kehidupan di dalam pesantren diliputi oleh suasana kesederhanaan. Sederhana  tidak berarti pasif atau nrimo, tidak juga berarti miskin dan melarat. Justru dalam kesederhanaan itu terdapat nilai-nilai kekuatan , kesanggupan ,ketabahan , dan  penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan hidup.
Di balik kesederhanaan ini terpancar jiwa besar ,berani maju ,dan pantang mundur dalam segala keadaan . bahkan disinilah hidup dantumbuhnya mental dan karakter yang kuat, yang menjadi syarat bagi suksesnya perjuangan dalam segala kehidupan
3. Jiwa Berdikari
Berdikari atau kesanggupan menolong diri sendiri merupakan senjata ampuh yang di bekalkan pesantren kepada santrinya.Berdikari tidak saja dalam arti bahwa sanggupbelajar dan berlatih mengurus segala kepentingannya sendiri,tetapi pondok pesantren itu sendiri sebagai lembaga pendidikan juga sanggup berdikari sehingga  tidak menyadarkan kehidupannya kepada bantuan  atau belas kasihan pihak lain.
Inilah zelf berdruiping system (sama- sama memberikan iuran dan sama-sama memakai ). Dalam pada itu tidak bersikap kaku, sehingga menolak orang-orang yang hendak membantu pesantren. Semua pekejaan didalam pesantren dikejakan oleh kyai dan para santri nya sendiri, tidak ada pegawai didalam pesantren.
4. Jiwa ukhuwwah Islamiyah
Kehidupan dipesantren diliputi suasana persaudaraan yang akrab, sehingga segala suka dan duka dirasakan bersama dalam jalinan persaudaraan keagamaan. Tidak ada lagi dinding yang dapat memisahkan antara mereka, meskipun mereka berbeda aliran politik.
Ukhuwwah ini bukan saja selama mereka didalam pesantren, tetapi juga mempengaruhi kearah persatuan umat dalam masyarakat sepulang para santri itu dari pesantren.
5. Jiwa bebas
Bebas dalam berpikir dan berbuat, bebas dalam menentukan masa depan,bebas dalam memilih jalan hidup, dan bahkan bebas dari berbagai pengaruh negative dari luar, masyarakat. Jiwa bebas ini akan menjadikan santri berjiwa besar dan optimis dalam menghadapi segala kesulitan sesuai dengan nilai-nilai yang telah diajarkjan kepada mereka di pesantren.
Hanya saja dalam kebebasan ini sering kali kita temui unsur-unsur negative, yaitu apabila kebebasan itu disalahgunakan, sehingga terlalu bebas (liberal) dan berakibat hilang nya arah dan tujuan atau prinsip. Sebalik nya, ada pula yang terlalu bebas (untuk tidak mau di pengaruhi), berpegang teguh kepada tradisi yang dianggapnya sendiri telah pernah menggantungkan pada zamannya, sehingga tidak hendak menoleh ke zaman yang telah berubah. Akhirnya dia sudah tidak lagi bebas karna mengikatkan diri pada yang diketahui saja. BERDISIPLIN YANG POSITIF, dengan penuh tanggungjawab; baik didalam kehidupan pondok pesantren itu sendiri, maupun dalam kehidupan masyarakat.
Jiwa yang meliputi suasana kehidupan pondok pesantren itulah yang di bawa oleh santri sebagai bekal pondok didalam kehidupan nya di masyarakat. Jiwa ini juga harus senantiasa dihidup-hidupkan, dipelihara, dan dikembangkan dengan sebaik-baiknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar